Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan
lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya. Kawasan-kawasan
semacam ini terdapat di wilayah-wilayah yang luas di dunia dan berfungsi
sebagai penampung karbon dioksida (carbon dioxide sink),
habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta
pelestari tanah,
dan merupakan salah satu aspek biosfer Bumi yang paling penting.
Hutan merupakan suatu kumpulan tumbuhan dan juga tanaman,
terutama pepohonan atau tumbuhan berkayu lain, yang menempati daerah yang cukup
luas.
Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki hutan yang
luas di dunia. Luas hutan tersebut dulu mencapai 113 juta hektar dan terus
berkurang drastis akibat kebodohan oknum pemerintah dan penjahat yang selalu
haus uang dengan membabat dan menggunduli hutan demi mendapat keuntungan yang
besar tanpa melihat dampak bagi lingkungan global.
Jenis-jenis hutan yang ada di
Indonesia.
1. Hutan Bakau
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur. Contoh : pantai timur kalimantan, pantai selatan cilacap, dll.
Hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di daerah pantai berlumpur. Contoh : pantai timur kalimantan, pantai selatan cilacap, dll.
2. Hutan Sabana
Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa tenggara.
Hutan sabana adalah hutan padang rumput yang luas dengan jumlah pohon yang sangat sedikit dengan curah hujan yang rendah. Contoh : Nusa tenggara.
3. Hutan Rawa
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, dsb.
Hutan rawa adalah hutan yang berada di daerah berawa dengan tumbuhan nipah tumbuh di hutan rawa. Contoh : Papua selatan, Kalimantan, dsb.
4. Hutan Hujan Tropis
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa / ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan sumatera, dsb.
Hutan hujan tropis adalah hutan lebat / hutan rimba belantara yang tumbuh di sekitar garis khatulistiwa / ukuator yang memiliki curah turun hujan yang sangat tinggi. Hutan jenis yang satu ini memiliki tingkat kelembapan yang tinggi, bertanah subur, humus tinggi dan basah serta sulit untuk dimasuki oleh manusia. Hutan ini sangat disukai pembalak hutan liar dan juga pembalak legal jahat yang senang merusak hutan dan merugikan negara trilyunan rupiah. Contoh : hutan kalimantan, hutan sumatera, dsb.
5. Hutan Musim
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti hutan.
Hutan musim adalah hutan dengan curah hujan tinggi namun punya periode musim kemarau yang panjang yang menggugurkan daun di kala kemarau menyelimuti hutan.
Fungsi hutan, berdasarkan :
1. Hutan Wisata
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah / punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.
Hutan wisata adalah hutan yang dijadikan suaka alam yang ditujukan untuk melindungi tumbuh-tumbuhan serta hewan / binatang langka agar tidak musnah / punah di masa depan. Hutan suaka alam dilarang untuk ditebang dan diganggu dialih fungsi sebagai buka hutan. Biasanya hutan wisata menjadi tempat rekreasi orang dan tempat penelitian.
2. Hutan Cadangan
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
Hutan cadangan merupakan hutan yang dijadikan sebagai lahan pertanian dan pemukiman penduduk. Di pulau jawa terdapat sekitar 20 juta hektar hutan cadangan.
3. Hutan Lindung
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
Hutan lindung adalah hutan yang difungsikan sebagai penjaga ketaraturan air dalam tanah (fungsi hidrolisis), menjaga tanah agar tidak terjadi erosi serta untuk mengatur iklim (fungsi klimatologis) sebagai penanggulang pencematan udara seperti C02 (karbon dioksida) dan C0 (karbon monoksida). Hutan lindung sangat dilindungi dari perusakan penebangan hutan membabibuta yang umumnya terdapat di sekitar lereng dan bibir pantai.
4. Hutan Produksi / Hutan Industri
Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
Hutan produksi yaitu adalah hutan yang dapat dikelola untuk menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomi. Hutan produksi dapat dikategorikan menjadi dua golongan yakni hutan rimba dan hutan budidaya. Hutan rimba adalah hutan yang alami sedangkan hutan budidaya adalah hutan yang sengaja dikelola manusia yang biasanya terdiri dari satu jenis tanaman saja. Hutan rimba yang diusahakan manusia harus menebang pohon denga sistem tebang pilih dengan memilih pohon yang cukup umur dan ukuran saja agar yang masih kecil tidak ikut rusak.
Jenis-jenis hutan di Indonesia
Berdasarkan biogeografi
Kepulauan Nusantara
adalah relief alam yang terbentuk dari proses pertemuan antara tiga lempeng
bumi. Hingga hari ini pun, ketiga lempeng bumi itu masih terus saling mendekati.
Akibatnya, antara lain, gempa bumi sering terjadi di negeri kepulauan ini.
Sejarah
pembentukan Kepulauan Nusantara di sabuk khatulistiwa itu menghasilkan tiga
kawasan biogeografi utama, yaitu: Paparan Sunda, Wallacea, dan Paparan Sahul.
Masing-masing kawasan biogeografi adalah cerminan dari sebaran bentuk kehidupan
berdasarkan perbedaan permukaan fisik buminya.
Kawasan Paparan Sunda (di bagian barat)
Paparan Sunda
adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Oriental (Benua Asia) dan berada
di sisi barat Garis Wallace.
Garis Wallace merupakan suatu garis khayal pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sunda dan di bagian lebih timur
Indonesia. Garis ini bergerak dari utara ke selatan, antara Kalimantan
dan Sulawesi,
serta antara Bali dan Lombok. Garis ini mengikuti nama biolog Alfred
Russel Wallace yang, pada 1858, memperlihatkan
bahwa persebaran flora fauna di Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali lebih
mirip dengan yang ada di daratan Benua Asia.
Kawasan Paparan Sahul (di bagian timur)
Paparan Sahul
adalah lempeng bumi yang bergerak dari Kawasan Australesia (Benua Australia)
dan berada di sisi timur Garis Weber. Garis Weber adalah sebuah garis khayal
pembatas antara dunia flora fauna di Paparan Sahul dan di bagian lebih barat Indonesia.
Garis ini membujur dari utara ke selatan antara Kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dan Australia. Garis ini mengikuti nama
biolog Max Weber
yang, sekitar 1902, memperlihatkan
bahwa persebaran flora fauna di kawasan ini lebih serupa dengan yang ada di
Benua Australia.
Kawasan Wallace / Laut Dalam (di bagian
tengah)
Lempeng bumi
pinggiran Asia Timur ini bergerak di sela Garis Wallace dan Garis Weber.
Kawasan ini mencakup Sulawesi, Kepulauan Sunda Kecil (Nusa Tenggara), dan
Kepulauan Maluku. Flora fauna di kawasan ini banyak merupakan jenis-jenis
endemik (hanya ditemukan di tempat bersangkutan, tidak ditemukan di bagian lain
manapun di dunia). Namun, kawasan ini juga memiliki unsur-unsur baik dari
Kawasan Oriental maupun dari Kawasan Australesia. Wallace berpendapat bahwa
laut tertutup es pada Zaman Es sehingga tumbuhan dan satwa di Asia dan
Australia dapat menyeberang dan berkumpul di Nusantara. Walaupun jenis flora
fauna Asia tetap lebih banyak terdapat di bagian barat dan jenis flora fauna
Australia di bagian timur, hal ini dikarenakan Kawasan Wallace dulu merupakan palung laut yang sangat dalam sehingga fauna sukar untuk
melintasinya dan flora berhenti menyebar.
Berdasarkan iklim
Dari letak garis lintangnya,
Indonesia memang termasuk daerah beriklim tropis. Namun, posisinya di antara
dua benua dan di antara
dua samudera
membuat iklim kepulauan ini lebih beragam. Berdasarkan perbandingan
jumlah bulan kering terhadap jumlah bulan basah per tahun, Indonesia mencakup
tiga daerah iklim, yaitu:
Daerah tipe iklim
A (sangat basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Oktober
dan Januari,
kadang hingga Februari. Daerah ini mencakup Pulau Sumatera;
Kalimantan; bagian barat dan tengah Pulau Jawa;
sisi barat Pulau Sulawesi.
Daerah tipe iklim
B (basah) yang puncak musim hujannya jatuh antara Mei dan Juli, serta Agustus atau September
sebagai bulan terkering. Daerah ini mencakup bagian timur Pulau Sulawesi;
Maluku; sebagian besar Papua.
Daerah tipe iklim
C (agak kering) yang lebih sedikit jumlah curah hujannya, sedangkan bulan
terkeringnya lebih panjang. Daerah ini mencakup Jawa Timur; sebagian Pulau Madura;
Pulau Bali; Nusa Tenggara; bagian paling ujung selatan Papua.
Berdasarkan
perbedaan iklim ini, Indonesia memiliki hutan gambut, hutan hujan tropis, dan
hutan muson.
Hutan gambut ada
di daerah tipe iklim A atau B, yaitu di pantai timur Sumatera, sepanjang pantai
dan sungai besar Kalimantan, dan sebagian besar pantai selatan Papua.
Hutan hujan
tropis menempati daerah tipe iklim A dan B. Jenis hutan ini menutupi sebagian
besar Pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, dan Papua. Di bagian
barat Indonesia, lapisan tajuk tertinggi hutan dipenuhi famili Dipterocarpaceae
(terutama genus Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, dan Hopea). Lapisan tajuk
di bawahnya ditempati oleh famili Lauraceae, Myristicaceae, Myrtaceae, dan
Guttiferaceae. Di bagian timur, genus utamanya adalah Pometia, Instia,
Palaquium, Parinari, Agathis, dan Kalappia.
Hutan muson
tumbuh di daerah tipe iklim C atau D, yaitu di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa
Timur, Bali, NTB, sebagian NTT, bagian tenggara Maluku, dan sebagian pantai
selatan Irian Jaya. Spesies pohon di hutan ini seperti jati (Tectona grandis),
walikukun (Actinophora fragrans), ekaliptus (Eucalyptus alba),
cendana (Santalum album), dan kayuputih (Melaleuca leucadendron).
Berdasarkan sifat tanahnya
Berdasarkan sifat
tanah, jenis hutan di Indonesia mencakup hutan pantai, hutan mangrove, dan
hutan rawa.
Hutan pantai
terdapat sepanjang pantai yang kering, berpasir, dan tidak landai, seperti di
pantai selatan Jawa. Spesies pohonnya seperti ketapang (Terminalia catappa),
waru (Hibiscus tiliaceus), cemara laut (Casuarina equisetifolia),
dan pandan (Pandanus tectorius). Hutan
mangrove Indonesia mencapai 776.000 ha dan tersebar di sepanjang pantai
utara Jawa, pantai timur Sumatera, sepanjang pantai Kalimantan, dan pantai
selatan Papua. Jenis-jenis pohon utamanya berasal dari genus Avicennia,
Sonneratia, dan Rhizopheria. Hutan rawa
terdapat di hampir semua pulau, terutama Sumatera, Kalimantan, dan Papua.
Spesies pohon rawa misalnya adalah nyatoh (Palaquium leiocarpum), kempas
(Koompassia spp), dan ramin (Gonystylus spp).
Berdasarkan pemanfaatan lahan
Luas hutan
Indonesia terus menciut, sebagaimana diperlihatkan oleh tabel berikut: Luas
Penetapan Kawasan Hutan oleh Departemen Kehutanan Tahun Luas (Hektar) 1950
162,0 juta 1992 118,7 juta 2003 110,0 juta 2005 93,92 juta. Berdasarkan hasil
penafsiran citra satelit, kawasan hutan Indonesia yang mencapai 93,92 juta hektar pada 2005 itu dapat dirinci pemanfaatannya sebagai
berikut:
Hutan tetap : 88,27 juta ha
Hutan konservasi : 15,37 juta ha
Hutan lindung : 22,10 juta ha
Hutan produksi terbatas : 18,18 juta ha
Hutan produksi tetap : 20,62 juta ha
Hutan produksi yang dapat dikonversi : 10,69 juta
ha.
Areal Penggunaan Lain (non-kawasan hutan) : 7,96 juta ha
Lahan hutan
terluas ada di Papua (32,36 juta ha), diikuti berturut-turut oleh Kalimantan
(28,23 juta ha), Sumatera (14,65 juta ha), Sulawesi (8,87 juta ha), Maluku dan
Maluku Utara (4,02 juta ha), Jawa (3,09 juta ha), serta Bali dan Nusa Tenggara
(2,7 juta ha).
0 komentar:
Posting Komentar